Langsung ke konten utama

Tes Psikologi Kraepelin


Kata tes berasal dari bahasa latin ‘Testum’ yaitu alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan emas dan perak dari logam-logam yang lain. Lama kelamaan arti tes menjadi lebih umum. Menurut Elliot (1999) tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa. Pengertian tes menurut Suryabrata (1993) adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan yang berdasar atas bagaimana testee menjawab.
Anastasi (1997) mengemukakan bahwa esensi dari tes merupakan penentuan yang obyektif dan distandardisasikan terhadap sample tingkah laku. Pengertian tes menurut Chaplin (2001) yaitu sebarang pengukuran yang membuahkan data kuantitatif, seperti satu tes yang tidak dibakukan dan diterapkan dalam satu kelas di sekolah. Satu perangkat pertanyaan yang sudah dibakukan, yang dikenakan pada seseorang dengan tujuan untuk mengukur perolehan atau bakat pada satu bidang tertentu.
Pengertian tes di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tes dapat didefinisikan sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah. untuk dijawab dan dilaksanakan. Hasil dari tes tersebut dapat dibandingkan. Di dalam lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun 1890. Dan sejak itu makin popular sebagai nama metode psikologi yang dipergunakan untuk menentukan (mengukur) aspek-aspek tertentu dari pada ke pribadian.
 Tes Psikologi menurut Anastasi, merupakan salah satu dari metode psikodiagnostik. Sedangkan psikodiagnostik merupakan terjemahan dari istilah Psichodiagnosis dalam bahasa Inggris yang dimunculkan pertama kali oleh Herman Rorschach pada tahun 1921. Menurut Chaplin pengertian Psikodiagnostik adalah sebarang teknik untuk mempelajari kepribadian, bertujuan untuk menentukan sifat-sifat yang mendasarinya, khususnya sifat yang menentukan kecenderungan seseorang pada penyakit mental.
Psikodiagnostik adalah teknik-teknik untuk melakukan pemeriksaan psikologis guna menemukan sifat-sifat yang mendasari kepribadian tertentu, terutama yang mengarah pada kelainan-kelainan tertentu. Pada hakikatnya, fungsi tes-tes psikologi adalah untuk mengukur perbedaan-perbedaan antara individu-individu atau antara reaksi-reaksi individu yang sama dalam situasi yang berbeda.
Di Indonesia, terdapat beragam instrumen/alat psikologi yang digunakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Tes Psikologi tersebut memiliki banyak ragam dan skor yang luas sehingga terdapat pengklasifikasian yang bertujuan mendapatkan orientasi yang baik mengenai tes tersebut. Salah satu jenis instrumen Psikologi tersebut yakni tes Kraepelin yang digolongkan ke dalam Group Test di mana tester (pemberi tes) menghadapi testee (peserta tes) dan Speed Test di mana mengutamakan kecepatan dan ketepatan kerja.


B.     Sejarah Tes Kraepelin
Tes kraepelin diciptakan oleh seorang psikiater Jerman bernama Emilie Kraepelin pada tahun 1856 – 1926. Emillie Kraepelin dilahirkan pada 15 Februari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menjadi dokter di Wurzburg tahun 1878, lalu menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich. Dari tahun 1903 sampai meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut.
Emil Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti.
Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Keberadaan tes Kraepelin bermula pada tahun 1880, Emile Kraepelin bekerja di Laboratorium Wundt di daerah Leipzig dalam usaha memecahkan problem waktu reaksi. Dia menciptakan alat tes Kraepelin yang digunakan sebagai alat bantu untuk mendiagnosa gangguan otak yaitu alzheimer dan dementia.
Alat tes tersebut terlahir karena adanya dasar pemikiran dari faktor-faktor yang khas pada sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Tes Kraepelin ini digunakan sebagai dasar psikologis untuk mengklasifikasikan kekacauan psikiatrik. Emile Kraepelin berusaha memperluas penggunaan untuk menyusun tipologi kepribadian manusia antara yang normal dan abnormal. Diantara tes tersebut yang digunakan adalah Simple Arithmetic Test (Tes Aritmatik Sederhana)yang berfungsi mengukur practice effect (kinerja praktis)memory (ingatan) serta yang berhubungan dengan kelelahan dan distraction (gangguan). Tes Kraepelin awalnya merupakan tes kepribadian, namun dalam perkembangannya menjadi tes bakat dengan cara merubah tekanan skoring dan interpretasi. Tes Kraepelin mengukur “maximum performance” seseorang. Oleh karena itu tekanan skoring dan intepretasinya didasarkan pada hasil-hasil tes secara obyektif bukan proyektif.
Satu hal yang perlu ditekankan bahwa alat tes ini mengungkap beberapa faktor bakat diantaranya : kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan kerja di dalam tekanan. Namun, pada periode tidak lama selanjutnya pada tahun 1938 Prof. Dr. Richard Pauli bersama Dr. Wilhelm Arnold serta Prof. Dr. Vanmethod memperbaharui tes Kraepelin tadi sehingga dapat meningkatkan suatu “check method” yang sangat menguntungkan dan dapat dipercaya. Walaupun demikian, struktur empat komponen dasar tes Kraepelin tetap dipertahankan sesuai ciptaan dari Kraepelin. Test Kraepelin kini banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia mulai era tahun 1980an.

C.    Aspek – Aspek Tes Kraepelin
Menurut Spearman (1927) aspek-aspek yang diungkap dalam tes Kraepelin dapat dianggap sebagai pernyataan dari energi mental (mengandung unsur-unsur kecepatan, ketelitian,keajegan dan ketahanan kerja), sehingga mengukur secara optimum apa yang telah dicapai individu untuk dirinya dalam keadaan fungsi mental yang normal.
Menurut Dr. J. de Zeeuw, tes Kraepelin digolongkan dalam tes-tes yang mengukur faktor-faktor khusus non-intelektual yaitu terhadap aspek tes konsentrasi. Menurut Anne Anastasi (Psychological Testing), tes Kraepelin berfokus pada salah satu aspek kemampuan “mental primer” yaitu faktor number, di mana di dalamnya terdapat kecakapan untuk menghitung simple arithmetic dengan cepat dan teliti. Menurut Anastasi juga, tes Kraepelin merupakan sebuah ‘Speed Test’. Dengan ciri utama dari sebuah speed tes adalah tidak adanya waktu yang cukup untuk menyelesaikan semua soal. Jadi pada tes ini, testee memang tidak diharapkan untuk dapat menyelesaikan sepenuhnya setiap jalur, tapi penilaian yang dilihat disini adalah bagaimana kecepatan kerja, ketelitian, konsentrasi, stabilitas dan ketahanan yang dimiliki testee dalam kerja. Selain kecepatan kerja, faktor-faktor lain yang diungkapkan adalah ketelitian, konsentrasi, dan stabilitas dalam bekerja.
Selain itu, terdapat pula aspek-aspek psikologis yang berpengaruh pada tes Kraepelin, misalnya persepsi visual, koordinasi senso-motorik, pushing power, ketahanan, learning effect (efek pembelajaran).

D.    Tujuan Tes Kraepelin
Tujuan Tes Kraepelin yaitu untuk mengukur karakter seseorang pada beberapa aspek tertentu yaitu :
a)      Aspek Keuletan (daya tahan)
Pada tes ini akan di uji seberapa ulet seseorang menyelesaikan masalah rumit dan ambigu, dalam tempo yang terbatas, dan bagaimana tingkat kestabilannya.
b)      Aspek Kemauan (kehendak individu)
Tes ini akan mengukur kemauan dan motivasi seseorang saat mengerjakan hal-hal yang pelik yang biasanya khusus untuk tes ini diilustrasikan dalam bentuk angka-angka dan pola perhitungan bilangan, baik operasi bilangan dasar, middle, sampai advance.
c)      Aspek Emosi
Tes ini mengukur kemampuan seseorang dalam meredam dan mengendalikan diri pada sat sedang ditekan dengan pekerjaan pada fase dan tahap yang cukup pelik.
d)     Aspek Penyesuaian Diri
Tes ini bisa di gunakan untuk mengukur kecepatan seseorang dalam menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan sesuatu yang mungkin benar-benar baru.
e)      Aspek Stabilitas Diri
Mengukur tingkat kestabilan dari tingkat ke tingkat tes, karena tes Kraepelin memiliki beberapa map dan jenis, biasanya dalam beberapa tahap tes.

E.     Tes Kraepelin
Menurut versi Universitas Gajah Mada (UGM) tes Kraepelin merupakan bentuk tes berupa satu lembar kertas dobel kuarto memanjang bolak-balik terdiri atas 4 halaman. Halaman pertama untuk menuliskan identitas subyek dan contoh tes. Halaman kedua dan ketiga berisi soal, dan halaman keempat untuk scoring, grafik dan interpretasi. Lembar tes dalam bentuk terpakai habis. Tes berwujud angka-angka sederhana yaitu 1 – 9. Subyek diminta untuk menjumlahkan angka-angka secara berurutan dari bawah ke atas untuk dua angka yang berdekatan tan pa ada angka yang dilewati. Tes ini dapat disajikan secara individual maupun klasikal. Waktu keseluruhan yang diperlukan kurang lebih 20 menit. Perinciannya adalah pengisian identitas subyek 4 menit, instruksi 2 menit, latihan 1 menit, dan mengerjakan soal 12,5 menit. Setiap deret diberi waktu 15 detik, dan setiap 15 detik terdapat aba-aba untuk segera pindah mengerjakan deret yang berikutnya, hingga 50 kali pindah deret. Sedangkan tes Kraepelin versi UI, setiap deret diberi waktu 30 detik, dan setiap 30 detik terdapat aba-aba untuk segera pindah mengerjakan deret yang berikutnya sampai 45 kali pindah deret. Tes ini digunakan untuk semua kepentingan yang memerlukan pengukuran terhadap aspek kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja, dan ketahanan kerja.
Pada umumnya, tes Kraepelin sering digunakan untuk kepentingan seleksi, promosi dan mutasi dalam bidang kerja dan jabatan (psikologi Industri). Kadang-kadang bidang psikologi lainnya juga menggunakan tes ini, seperti psikologi pendidikan, klinis, dan bidang yang lain yang disesuaikan dengan kepentingannya.
Dalam tes Kraepelin, sebenarnya testee hanya diminta untuk mengerjakan hitungan sederhana, yaitu menjumlahkan deretan angka-angka. Namun yang menjadi masalah adalah jumlah deretan angka yang diberikan sangat banyak hampir sebesar lembaran koran. Sehingga tes yang juga dikenal dengan istilah "Tes Koran". Tes ini menuntut konsentrasi, ketelitian, stabilitas emosi dan daya tahan yang prima. Semakin banyak kesalahan yang dibuat, menunjukkan testee adalah orang yang tidak teliti, tidak cermat, tidak hati-hati dan kurang memiliki daya tahan yang cukup terhadap stres atau tekanan pekerjaan.
Tes Kraepelin terdiri dari 45 lajur angka satuan antara 0 hingga 9 yang tersusun secara acak sebanyak 60 angka secara vertikal pada tiap-tiap lajur. Tugas testee adalah setiap kali menjumlahkan 2 buah angka, mulai dari angka paling bawah pada tiap-tiap lajur dalam batas waktu tertentu yang singkat.
5
7
6
9
2
3
8
4
0
5
9
2
4
3
7
1
8
1
2
6
0
4
7
5
1
6
3
5
4
7
4
5
3
7
4
6
9
0
5
2
2
6
9
8
9

Jadi, bila 2 dijumlahkan dengan 6 hasilnya ditulis di sebelah kanan di antara kedua angka tersebut. Kemudian 6 dijumlahkan dengan 4, hasilnya ditulis sebagai 0 (hanya diambil angka bagian belakang bila hasilnya > 9) di sebelah kanan di antara kedua angka tersebut. Kemudian 4 dijumlahkan dengan 8 hasilnya ditulis sebagai 2 di sebelah kanan di antara kedua angka tersebut, dan seterusnya.
Tes Kraepelin memiliki tujuan khusus di samping  kecepatan dalam  menghitung. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Tes Kraepelin sebagai tes kepribadian
Tes Kraepelin  dapat digunakan untuk menentukan tipe performance seorang, seperti :
1.      Hasil penjumlahan angka yang sangat rendah, dapat mengindikasikan gejala depresi mental.
2.      Terlalu banyak salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental.
3.      Penurunan grafik secara tajam, dapat mengindikasikan epilepsi atau hilangan ingatan sesaat waktu tes.
4.      Rentang ritme/grafik yang terlalu besar (antara puncak tertinggi dan terndah) dapat mengindikasikan adanya gangguan emosional.
b.      Tes Kraepelin sebagai tes bakat
Sebagai tes bakat, tes Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum performance seseorang. Oleh karenanya, tekanan skoring dan interpretasi lebih didasarkan pada hasil tes secara obyektif bukan pada arti proyektifnya. Dari hasil perhitungan obyektif dapat diinterpretasikan 4 hal :
1.      Faktor kecepatan (speed factor)
2.      Faktor ketelitian (accuracy factor)
3.      Faktor keajegan (rithme factor)
4.      Faktor ketahanan (ausdeur factor)
Menurut Guilford (1959), penjumlahan item yang berupa angka satuan ini, bila ditinjau dari fungsi mental, tergolong convergent thingking. Namun jika dilihat dari isi itemnya tergolong numerical facility, yakni kecakapan menggunakan angka dengan cepat dan teliti. Menurut Freenab (1962), hasil tes ini sangat dipengaruhi oleh faktor sensory perception dan motor response. Menurut Thrustone (dalam Anastasi, 1968), item-item dalam tes Kraepelin mengandung salah satu kemampuan mental primer yaitu faktor number, di mana di dalamnya tercakup kemampuan menghitung simple artihmetic secara tepat dan teliti.


F.     Administrasi Pelaksanaan Tes Kraepelin
Dalam pelaksanaan tes Kraepelin, terdapat beberapa kelengkapan yang diperlukan antara lain sebagai berikut.
1.      Lembar soal tes Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 jalur angka, namun yang biasanya dikerjakan 40 jalur angka.
2.      Stopwatch
3.      Pensil (disarankan ada cadangan)
4.      Meja yang cukup luas supaya testee dimungkinkan membuka lebar-lebar lipatan soal tes Kraepelin dan kursi.
5.      Papan tulis dan kapur tulis atau flipchart untuk menjelaskan cara pengerjaan tes.
Adapun prosedur pelaksaan tes Kraepelin terdiri dari beberapa langkah sederhana, antara lain sebagai berikut.
1.      Membagikan lembar soal kepada testee
2.      Testee diminta mengisi identitas pribadi secara lengkap pada tempatnya di halaman depan dan tidak diperkenankan membuka lembaran tes sebelum diperintahkan.
3.      Pada saat testee mengisi identitas, diperkenankan mengutip contoh soal tes Kraepelin di papan tulis sebagai gambaran dalam pengerjaan.
4.      Intruksi. Dalam tes ini akan tertera kolom-kolom dari angka-angka pada soal. Tugas testee adalah :
a)      Menjumlahkan tiap-tiap dengan satu angka di atasnya dan penjumlahan dimuali dari bawah ke atas.
b)      Dari hasil penjumlahan, testee hanya menuliskan angka satuannya saja. Misalnya penjumlahan 5 dan 9 adalah 14, maka yang ditulis cukup angka 4-nya saja. Angka satuan ditulis di sebalah kanan, tepat di antara kedua angka yang dijumlahkan.
c)      Bila testee membuat kesalahan dalam menjumlahkan atau menulis, misalnya seharusnya 9 kemudian ditulis 6, maka testee tidak perlu menghapus angka yang salah itu. Testee hanya perlu mencoret angka yang salah dan menulis angka yang benar disampingnya.
d)     Setiap beberapa saat akan terdengar bunyi ketukan yang berarti waktu penghitungan dan penulisan di kolom pertama dihentikan kemudian dilanjutkan ke kolom sebelahnya. Penulisan kolom yang lain dilakukan pula dari bawah ke atas.
e)      Dalam pengerjaannya, sangat diperlukan teknik pekerjaan secepat dan seteliti mungkin.

G.    Skoring dan Analisis Tes Kraepelin
Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan proses skoring tes Kraepelin yakni :
a)      Memeriksa seluruh hasil penjumlahan yang telah dikerjakan testee, caranya hitung jumlah yang benar dari penjumlahan se tiap dua angka yang berurutan pada setiap lajur, tuliskan jumlahnya di bagian bawah tiap lajur. Memberikan tanda pada setiap hasil penjumlahan yang salah, kemudian hitung jumlah kesalahannya. Memberikan tanda pada setiap deret yang terlampaui, kemudian dijumlahkan untuk mengetahui berapa banyak testee melompati deret angka yang sebenarnya harus dihitung.
b)      Menuliskan jumlah kesalahan yang telah dibuat testee dan menulis jumlah lompatan yang dibuat testee.
c)      Menjumlahkan jumlah kesalahan dan jumlah lompatan. Kemu dian hasilnya dikonsultasikan dengan norma sehingga diperoleh skor ketelitian kerja (tianker).
d)     Mencari skor kecepatan kerja (panker) dengan cara mencari rerata atau mean dari distribusi skor yang diperoleh testee pada ke 45 lajur (versi UI) atau ke 50 lajur (versi UGM). Rumus untuk kecepatan kerja ialah :
Mean = Σ fy/45 atau 50
e)      Mencari skor keajegan kerja (janker) bisa dilakukan dengan cara : a) berdasar range yaitu dengan mengetahui jarak atau se lisih antara penjumlahan yang tertinggi dengan hasil penjum lahan yang terendah Yt – Yr, b). Berdasarkan average deviation, keajegan kerja dapat dicari setelah kita membuat table distribusi frekuensi dan telah menghitung reratanya. Setelah itu skor keajegan kerja dapat dicari dengan rumus Av.
Dev. = Σ fd/N, di mana d = deviasi nilai dari mean dalam harga mutlak.
f)       Mencari skor ketahanan kerja (hanker) dapat digunakan rumus persamaan linier.
y = a + bx
a = y – bx
b = N. Σ xy – (Σ x) (Σ y) : N. Σx2 – (Σx)2
Dari rumus tersebut lalu dicari selisih antara y 45 atau 50 – y 0 yang merupakan nilai ketahanan kerja. Apabila selisih itu bertanda negatif (-) berarti ketahanan kerja menurun, tetapi apabila selisih ini bilangan yang bertanda (+) berarti ketahanan kerjanya meningkat.
g)      Konsultasikan pada norma menurut kategorinya.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam scoring atau memberi skor pada pengerjaan tes Kraepelin.
1.      Menyambung/membuat garis dari puncak-puncak tertinggi sehingga membentuk grafik.
2.      Garis timbang :
Puncak tertinggi + puncak terendah : 2
3.      Kecepatan siswa mengerjakan lajur tiap menit :
2 × (jumlah angka di atas garis timbang – di bawah garis timbang) : 40
4.      Ketelitian :
Jumlah kesalahan 15 lajur (5 lajur bagian depan, 5 lajur bagian tengah, dan 5 lajur bagian akhir)
Selain skoring, terdapat beberapa analisis yang perlu dipertimbangkan dari segi analisis aspek-aspek yang berpengaruh pada tes Kraepelin, antara lain sebagai berikut.
1.      Aspek kecepatan (Panker)
a.       Cara menskor adalah menjumlahkan deret-deret yang telah dikerjakan oleh testee (dari deret ke 1-50) lalu di bagi sehingga ditemukan rata-ratanya.
Rumus yang digunakan adalah :         M =
                                                             
M   =  Rata-rata
N   =  Jumlah deret, ∑x =  Jumlah kerja jawaban
b.      Cara menganalisa adalah skor transfer ke PP (persentil Point)
2.       Aspek ketelitian kerja (Tinker)
a.       Cara menskor adalah menjumlahkan kesalahan menghitung dan loncatan.
b.      Cara menganalisa adalah skor ditransfer ke PP (Persentil Poin)
3.      Aspek keajegan / kestabilan kerja (Janker)
a.       Cara menskor adalah deret yang tertinggi yand dikerjakan dikurangi deret terendah yang di kerjakan.
Rumusnya adalah : X = Dt – Dr
b.      Cara menganalisa adalah skor transfer ke PP (Persentil Poin)
4.      Aspek ketahanan kerja (Hanker)
a.       Cara menskor adalah membuat titik setiap pekerjan yang diselesaikan kemudian digaris penghubung antara titikderet 1-50 sehingga terbentuk grafik.
b.      Cara analisa dengan melihat bentuk grafik
Namun, dalam kegiatan scoring, lama tidaknya penghitungan skor dapat dipercepat dengan software yang dibuat khusus untuk tahapan skoring. Software tersebut berfungsi melakukan proses skoring dengan cepat dan otomatis dengan menghasilkan data analisis berupa grafik. Ada beberapa langkah di bawah ini yang perlu dilakukan dalam penggunaan software otomatis penghitung skor tes Kraepelin.
1.      Menginputkan jawaban testee ke dalam software koreksi Krapelin.
2.      Untuk selanjutnya hasil akan keluar secara otomatis dengan hanya mengklik satu tombol yang bernama “Tekan untuk menampilkan hasil analisis”.
3.      Hasil skoring Tes Kraepelin akan muncul secara otomatis beserta grafiknya.


H.    Skor dan Persentil Poin (PP)
Menurut Firdausia (2013), berikut adalah angka pengklasifikasian skor dan Persentil Poin (PP) dari hasil tes Kraepelin.
a)      Ketelitian Kerja
∑ Salah
PERSENTIL POIN
KLASIFIKASI
0
99
Tinggi
1-2
95
Tinggi
3-5
90
Tinggi
6-11
75
Sedang
12-22
50
Sedang
23-30
25
Rendah
31
10
Rendah

b)      Kestabilan

Skor
PERSENTIL POIN
KLASIFIKASI
4
99
Tinggi
5-6
95
Tinggi
7-8
90
Tinggi
9-10
75
Sedang
11-12
50
Sedang
13-14
25
Rendah
15
10
Rendah

c)      Kecepatan

Skor
PERSENTIL POIN
KLASIFIKASI
8
10
Rendah
9-10
25
Rendah
11-12
50
Sedang
13-14
75
Sedang
15
90
Tinggi
16
95
Tinggi
17
99
Tinggi

I.       Interpretasi Tes Kraepelin
Interpretasi hasil dapat mencangkup :
1.      Kecepatan, bisa mengindikasikan tempo kerja
2.      Ketelitian, bisa mengindikasikan konsentrasi kerja
3.      Keajekan/keajegan, bisa mengindikasikan stabilitas emosi
4.      Ketahanan, bisa mengindikasikan daya tahan terhadap situasi menekan
Individu dikatakan memiliki performance kerja yang baik jika dalam rentang waktu yang lama, dalam situasi menekan (stressful) mampu menampilan unjuk kerja yang ce[at, teliti, dan stabil. Berikut ini beberapa intepretasi yang dapat digambarkan bila dikaitkan dengan arah pekerjaan.
1.      Kecepatan bisa mengindikasikan tempo kerja.
Seberapa aktif testee melakukan kegiatan apakah lambat, sedang atau keras.  Dalam melakukan kegiatan ini harus penuh pertimbangan, hati-hati, teliti dan akurat, serius, tenang, stabil namun sensitif, ramah, perhatian pada perasaan dan kebutuhan orang lain, setia, kooperatif, serta pendengar yang baik. Sangat baik dalam keadaan yang membutuhkan common sense, tindakan cepat dan ketrampilan praktis. Gesit, kreatif, inovatif, cerdik, logis, baik dalam banyak hal, punya kemampuan mengorganisasi, detail, teliti, sangat bertanggung jawab dan bisa diandalkan.
Contoh Profesi : Architect, Interior Designer, Perawat, Administratif, Designer, Child Care, Konselor, Back Office Manager, Penjaga Toko/ Perpustakaan, Dunia Perhotelan.
2.      Ketelitian bisa mengindikasikan konsentrasi kerja.
Seberapa besar kita bisa fokus terhadap pekerjaan yang sedang dihadapi.  Tenang, hati-hati, penuh pertimbangan, logis, rasional, kritis, obyektif, mampu mengesampingkan perasaan.. Mampu menganalisa, mengorganisir, dan mendelegasikan.
Contoh Profesi : Bidang Manajemen, Intelijen, Hakim, Pengacara, Dokter, Akuntan (Staf Keuangan), Programmer atau yang berhubungan dengan IT, System Analys/Analyst, Teknisi, Insinyur, Mekanik.
3.      Kestabilan/ Keajegan, bisa mengindikasikan kestabilan atau kemampuan mengolah emosi pada saat bekerja. 
Kemampuan mempertahankan emosi dan tidak mudah terpengaruh oleh hal disekitar yang mengganggu. Mampu menghadapi perubahan mendadak dengan cepat dan tenang, percaya diri, tegas serta mampu menghadapi perbedaan maupun kritik.
Contoh Profesi : Polisi, Ahli Forensik, Programmer, Ahli Komputer, System Analyst, Teknisi, Insinyur, Mekanik, Pilot, Atlit, Entrepreneur.
4.      Ketahanan bisa mengindikasikan daya tahan terhadap situasi keadaan menekan. 
Ketahanan menggambarkan seseorang dapat diandalkan dan bertanggung jawab, memegang aturan, standar dan prosedur dengan teguh. Contoh  Profesi:  Polisi, Intelijen, Hakim, Pengacara,  Pemimpin Militer, Atlit




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://www.masbow.com/2009/07/tes-kraepelin.html. Diakses pada 2 April 2014
Behi, Zaenul. 2013. Laporan Hasil Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://zaenulbehi.blogspot.com/2013/05/laporan-hasil-tes-kraeplin_6.html. Diakses pada 2 April 2014
Firdausa, Firna. 2013. Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://firnafirdausia.blogspot.com/2013/04/tes-kraeplin.html. Diakses pada 2 April 2014
Lukman. 2014. Psikotes Kraepelin. Terdapat dalam http://psikoteskraepelin.blogspot.com/2013/12/psikoteskraepelin.html. Diakses pada 2 April 2014
Muzani, Zaldi. 2014. Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://zaldi-tes-Kraepelin-woyoooo.blogspot.com/. Diakses pada 2 April 2014
Saryono, Hari. 2013. Latihan Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://harisaryono.com/tag/test-kraepelin/. Diakses pada 2 April 2014
Usber. 2011. Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://usberstop.wordpress.com/2011/03/30/tes-kraepelin/. Diakses pada 2 April 2014






Komentar

  1. Malam mba lucy, saya mau tanya apakah mba lucy punya master aplikasi untuk scoring tes kreaplin ini?

    BalasHapus
  2. Hai mba lucy,bisa sharing tentang membaca grafik dari tes kraeplin ini?

    BalasHapus
  3. Tambahin kelebihan dan kekurangannya

    BalasHapus
  4. Salah satu tes yang membuat banyak peserta tes gagal adalah pada saat psikotes kraepelin/pauli,
    soal psikotes ini menjadi salah satu momok yang paling menakutkan bagi sebagian peserta yang belum tahu trik dan tipsnya.
    Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebihan, sebab saya sudah membahasnya pada sebuah artikel mengenai tes ini.
    Mau tahu bagaimana cara mengerjakan tes koran pauli atau kraepelin ini?, temukan jawabannya pada link berikut.

    BalasHapus
  5. Halo kak apa kakak punya e-book mengenai tes kraepelin?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Fotografi Bagi Pemula

Haiiii guys. Welcome to maa blog. Sebelumnya aku pengen cerita dulu nih soal blog yang aku bikin ini. Engga apa kan ya kepo dikit wkwk Sebenernya aku udah nge-blog sejak jaman dodol dulu. Dodol ? Maksudku sudah bertahun-tahun lamanya dengan berbagai nama blog mulai dari blog buat game, film, dan yang lainnya haha.  Cuma baru kali ini bener-bener pengen niat serius ngeblog hahaha. Well here some tips for you guys for stunning photography. Just a disclaimer, tips ini buat para pemula fotografer ya (kayak aku wkwk). Ya aku juga baru-baru belajar fotografi sih, tapi untuk memulai menjadi fotografer engga harus kuliah fotografi dulu kok atau pun harus punya kamera kece buat memotret. Anyone can be anything, anyone can do anything too :). SO, here are those tips. 1.Always Capturing in RAW Format       Aturan pertama ketika kamu mensetting kameramu adalah atur dengan mode RAW. WHY??? Jadi pengaturan RAW ini bisa memudahkan kamu untuk mengedit gambar di waktu yang akan datang. Denga

Lucy's Journey: Indonesian Youth Cultural Exchange Thailand

“The world is a book, and those who do not travel, read only one page” So agreed with this quote by the way! J Kadang kita perlu memperluas cakrawala kita dengan berani melangkah untuk melewati setiap kesulitan untuk menggapai apa yang kita dambakan. Terdengar klise, tetapi kalau takut berpetualang, kapan kita bisa mengenali dunia yang luas ini? The world is like a book, and your life is just a piece of paper. So, write your own amazing story to make an outstanding novel to read. Aku rasa hal ini terus membangkitkan semangatku untuk berani mencoba tanpa takut akan kegagalan. Jangan takut duluan ! Karena ketika kamu tersesat, akan selalu ada jalan bagi mereka yang ingin bertanya. Di tahun baru, sebagian besar orang berharap mendapat hal-hal baru sekaligus mewujudkan berbagai resolusi baru yang telah mereka rencanakan di tahun sebelumnya. And I think, 2017 has been a great breakthrough of my wonderful journey. Menjajaki bulan Januari pertama di tahun 2017, aku mendapat kesemp