Kata
tes berasal dari bahasa latin ‘Testum’ yaitu alat untuk mengukur tanah.
Dalam bahasa Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk
membedakan emas dan perak dari logam-logam yang lain. Lama kelamaan arti tes
menjadi lebih umum. Menurut Elliot (1999) tes merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa. Pengertian
tes menurut Suryabrata (1993) adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan yang berdasar atas bagaimana
testee menjawab.
Anastasi
(1997) mengemukakan bahwa esensi dari tes merupakan penentuan yang obyektif dan
distandardisasikan terhadap sample tingkah laku. Pengertian tes menurut Chaplin
(2001) yaitu sebarang pengukuran yang membuahkan data kuantitatif, seperti satu
tes yang tidak dibakukan dan diterapkan dalam satu kelas di sekolah. Satu
perangkat pertanyaan yang sudah dibakukan, yang dikenakan pada seseorang dengan
tujuan untuk mengukur perolehan atau bakat pada satu bidang tertentu.
Pengertian
tes di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tes dapat didefinisikan sebagai
suatu tugas atau serangkaian tugas, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau
perintah-perintah. untuk dijawab dan dilaksanakan. Hasil dari tes tersebut
dapat dibandingkan. Di dalam lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan
oleh J. M. Cattel pada tahun 1890. Dan sejak itu makin popular sebagai nama
metode psikologi yang dipergunakan untuk menentukan (mengukur) aspek-aspek
tertentu dari pada ke pribadian.
Tes Psikologi menurut Anastasi, merupakan
salah satu dari metode psikodiagnostik. Sedangkan psikodiagnostik merupakan
terjemahan dari istilah Psichodiagnosis dalam bahasa Inggris yang dimunculkan
pertama kali oleh Herman Rorschach pada tahun 1921. Menurut Chaplin pengertian
Psikodiagnostik adalah sebarang teknik untuk mempelajari kepribadian, bertujuan
untuk menentukan sifat-sifat yang mendasarinya, khususnya sifat yang menentukan
kecenderungan seseorang pada penyakit mental.
Psikodiagnostik
adalah teknik-teknik untuk melakukan pemeriksaan psikologis guna menemukan
sifat-sifat yang mendasari kepribadian tertentu, terutama yang mengarah pada
kelainan-kelainan tertentu. Pada hakikatnya, fungsi tes-tes psikologi adalah
untuk mengukur perbedaan-perbedaan antara individu-individu atau antara
reaksi-reaksi individu yang sama dalam situasi yang berbeda.
Di Indonesia, terdapat beragam instrumen/alat psikologi yang digunakan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Tes Psikologi tersebut memiliki banyak
ragam dan skor yang luas sehingga terdapat pengklasifikasian yang bertujuan
mendapatkan orientasi yang baik mengenai tes tersebut. Salah satu jenis
instrumen Psikologi tersebut yakni tes Kraepelin yang digolongkan ke dalam Group Test di mana tester (pemberi tes)
menghadapi testee (peserta tes) dan Speed
Test di mana mengutamakan kecepatan dan ketepatan kerja.
B. Sejarah Tes
Kraepelin
Tes kraepelin diciptakan oleh
seorang psikiater Jerman bernama Emilie Kraepelin pada tahun 1856 – 1926.
Emillie Kraepelin dilahirkan pada 15 Februari 1856 di Neustrelitz dan
wafat pada 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menjadi dokter di Wurzburg tahun 1878,
lalu menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich. Dari tahun 1903 sampai
meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan
sekaligus menjadi direktur klinik tersebut.
Emil Kraepelin adalah psikiatris
yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang
akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut
sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM),
diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya
bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi
maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah
diteliti.
Kraepelin menjadi terkenal terutama
karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia
membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang
disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali
menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain
menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan.
Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Keberadaan
tes Kraepelin bermula pada tahun 1880, Emile Kraepelin bekerja di Laboratorium Wundt di daerah
Leipzig dalam
usaha memecahkan problem waktu reaksi. Dia menciptakan alat tes Kraepelin yang digunakan sebagai alat
bantu untuk mendiagnosa gangguan otak yaitu alzheimer dan dementia.
Alat tes tersebut terlahir karena adanya dasar
pemikiran dari faktor-faktor yang khas pada sensori sederhana, sensori motor,
perseptual dan tingkah laku. Tes Kraepelin ini digunakan sebagai dasar
psikologis untuk mengklasifikasikan kekacauan psikiatrik. Emile Kraepelin
berusaha memperluas penggunaan untuk menyusun tipologi kepribadian manusia
antara yang normal dan abnormal. Diantara tes tersebut yang digunakan
adalah Simple Arithmetic Test (Tes Aritmatik Sederhana), yang berfungsi mengukur practice effect (kinerja praktis), memory (ingatan) serta
yang berhubungan dengan kelelahan dan distraction (gangguan).
Tes Kraepelin awalnya merupakan tes kepribadian, namun dalam perkembangannya
menjadi tes bakat dengan cara merubah tekanan skoring dan interpretasi. Tes Kraepelin
mengukur “maximum performance” seseorang. Oleh karena itu tekanan
skoring dan intepretasinya didasarkan pada
hasil-hasil tes secara obyektif bukan proyektif.
Satu hal yang perlu ditekankan bahwa alat tes ini mengungkap
beberapa faktor bakat diantaranya : kecepatan, ketelitian, keajegan,
dan ketahanan kerja di dalam tekanan. Namun, pada periode tidak lama selanjutnya
pada tahun 1938 Prof. Dr. Richard Pauli bersama Dr. Wilhelm Arnold serta Prof.
Dr. Vanmethod memperbaharui tes Kraepelin tadi sehingga dapat meningkatkan
suatu “check method” yang sangat menguntungkan dan dapat dipercaya. Walaupun
demikian, struktur empat komponen dasar tes Kraepelin tetap dipertahankan
sesuai ciptaan dari Kraepelin. Test Kraepelin kini banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia mulai era tahun 1980an.
C. Aspek –
Aspek Tes Kraepelin
Menurut Spearman
(1927) aspek-aspek yang diungkap dalam tes Kraepelin dapat dianggap sebagai
pernyataan dari energi mental (mengandung unsur-unsur kecepatan,
ketelitian,keajegan dan ketahanan kerja), sehingga mengukur secara optimum
apa yang telah dicapai individu untuk dirinya dalam keadaan fungsi mental yang
normal.
Menurut Dr. J. de Zeeuw, tes Kraepelin digolongkan dalam tes-tes yang
mengukur faktor-faktor khusus non-intelektual yaitu terhadap aspek tes
konsentrasi. Menurut Anne Anastasi (Psychological Testing), tes Kraepelin berfokus pada salah satu aspek kemampuan “mental primer” yaitu faktor number, di mana di dalamnya terdapat kecakapan untuk
menghitung simple arithmetic dengan cepat dan teliti. Menurut
Anastasi juga, tes Kraepelin merupakan sebuah ‘Speed
Test’. Dengan ciri utama dari sebuah speed tes adalah tidak adanya waktu yang
cukup untuk menyelesaikan semua soal. Jadi pada tes ini, testee memang tidak
diharapkan untuk dapat menyelesaikan sepenuhnya setiap jalur, tapi penilaian
yang dilihat disini adalah bagaimana kecepatan kerja, ketelitian, konsentrasi,
stabilitas dan ketahanan yang dimiliki testee dalam kerja. Selain kecepatan kerja, faktor-faktor lain yang
diungkapkan adalah ketelitian, konsentrasi, dan stabilitas dalam bekerja.
Selain itu, terdapat pula aspek-aspek psikologis yang berpengaruh pada
tes Kraepelin, misalnya persepsi visual, koordinasi senso-motorik, pushing
power, ketahanan, learning effect (efek pembelajaran).
D. Tujuan Tes
Kraepelin
Tujuan Tes Kraepelin
yaitu untuk mengukur karakter seseorang pada beberapa aspek tertentu yaitu :
a)
Aspek Keuletan (daya tahan)
Pada tes ini akan di uji seberapa ulet
seseorang menyelesaikan masalah rumit dan ambigu, dalam tempo yang terbatas,
dan bagaimana tingkat kestabilannya.
b)
Aspek Kemauan (kehendak individu)
Tes ini akan mengukur kemauan dan motivasi
seseorang saat mengerjakan hal-hal yang pelik yang biasanya khusus untuk tes
ini diilustrasikan dalam bentuk angka-angka dan pola perhitungan bilangan, baik
operasi bilangan dasar, middle,
sampai advance.
c)
Aspek Emosi
Tes ini mengukur kemampuan seseorang dalam
meredam dan mengendalikan diri pada sat sedang ditekan dengan pekerjaan
pada fase dan tahap yang cukup pelik.
d)
Aspek Penyesuaian Diri
Tes ini bisa di gunakan untuk mengukur
kecepatan seseorang dalam menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan sesuatu
yang mungkin benar-benar baru.
e)
Aspek Stabilitas Diri
Mengukur tingkat kestabilan dari tingkat ke
tingkat tes, karena tes Kraepelin memiliki beberapa map dan jenis, biasanya
dalam beberapa tahap tes.
E. Tes
Kraepelin
Menurut versi Universitas Gajah Mada (UGM) tes Kraepelin merupakan bentuk
tes berupa satu lembar kertas dobel kuarto memanjang bolak-balik terdiri atas 4
halaman. Halaman pertama
untuk menuliskan identitas subyek dan contoh tes. Halaman kedua dan ketiga berisi soal, dan halaman keempat untuk scoring, grafik dan interpretasi.
Lembar tes dalam bentuk terpakai habis. Tes berwujud angka-angka sederhana yaitu 1 – 9.
Subyek diminta untuk menjumlahkan angka-angka secara berurutan dari bawah ke
atas untuk dua angka yang berdekatan tan pa ada angka yang dilewati. Tes ini
dapat disajikan secara individual maupun klasikal. Waktu keseluruhan yang
diperlukan kurang lebih 20 menit. Perinciannya adalah pengisian identitas
subyek 4 menit, instruksi 2 menit, latihan 1 menit, dan mengerjakan soal 12,5
menit. Setiap deret diberi waktu 15 detik, dan setiap 15 detik terdapat aba-aba untuk segera
pindah mengerjakan deret yang berikutnya, hingga
50 kali pindah deret. Sedangkan tes Kraepelin versi UI, setiap deret diberi
waktu 30 detik, dan setiap 30 detik terdapat
aba-aba untuk segera pindah mengerjakan deret yang berikutnya sampai 45 kali
pindah deret. Tes ini digunakan untuk semua kepentingan yang memerlukan
pengukuran terhadap aspek kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja,
dan ketahanan kerja.
Pada umumnya, tes Kraepelin sering digunakan untuk
kepentingan seleksi, promosi dan mutasi dalam bidang kerja dan jabatan
(psikologi Industri). Kadang-kadang bidang psikologi lainnya juga menggunakan
tes ini, seperti psikologi pendidikan, klinis, dan bidang yang lain yang
disesuaikan dengan kepentingannya.
Dalam tes Kraepelin, sebenarnya testee hanya diminta untuk mengerjakan
hitungan sederhana, yaitu menjumlahkan deretan angka-angka. Namun yang menjadi
masalah adalah jumlah deretan angka yang diberikan sangat banyak hampir sebesar lembaran koran. Sehingga
tes yang juga dikenal dengan istilah "Tes Koran". Tes ini menuntut konsentrasi,
ketelitian, stabilitas emosi dan daya tahan yang prima. Semakin banyak
kesalahan yang dibuat, menunjukkan testee adalah orang yang tidak teliti, tidak
cermat, tidak hati-hati dan kurang memiliki daya tahan yang cukup terhadap
stres atau tekanan pekerjaan.
Tes Kraepelin terdiri dari 45 lajur angka satuan antara 0 hingga 9 yang
tersusun secara acak sebanyak 60 angka secara vertikal pada tiap-tiap lajur.
Tugas testee adalah setiap kali menjumlahkan 2 buah angka, mulai dari angka
paling bawah pada tiap-tiap lajur dalam batas waktu tertentu yang singkat.
5
|
7
|
6
|
9
|
2
|
3
|
8
|
4
|
0
|
5
|
9
|
2
|
4
|
3
|
7
|
1
|
8
|
1
|
2
|
6
|
0
|
4
|
7
|
5
|
1
|
6
|
3
|
5
|
4
|
7
|
4
|
5
|
3
|
7
|
4
|
6
|
9
|
0
|
5
|
2
|
2
|
6
|
9
|
8
|
9
|
Jadi, bila 2 dijumlahkan dengan 6 hasilnya ditulis di sebelah kanan di
antara kedua angka tersebut. Kemudian 6 dijumlahkan dengan 4, hasilnya ditulis
sebagai 0 (hanya diambil angka bagian belakang bila hasilnya > 9) di sebelah
kanan di antara kedua angka tersebut. Kemudian 4 dijumlahkan dengan 8 hasilnya
ditulis sebagai 2 di sebelah kanan di antara kedua angka tersebut, dan
seterusnya.
Tes Kraepelin memiliki tujuan khusus di samping kecepatan dalam menghitung. Tujuan tersebut adalah sebagai
berikut.
a.
Tes Kraepelin
sebagai tes kepribadian
Tes
Kraepelin dapat digunakan untuk menentukan
tipe performance seorang, seperti :
1.
Hasil
penjumlahan angka yang sangat rendah, dapat mengindikasikan gejala depresi
mental.
2.
Terlalu banyak
salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental.
3.
Penurunan grafik
secara tajam, dapat mengindikasikan epilepsi atau hilangan ingatan sesaat waktu
tes.
4.
Rentang
ritme/grafik yang terlalu besar (antara puncak tertinggi dan terndah) dapat
mengindikasikan adanya gangguan emosional.
b.
Tes Kraepelin
sebagai tes bakat
Sebagai
tes bakat, tes Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum performance seseorang. Oleh karenanya, tekanan skoring dan interpretasi
lebih didasarkan pada hasil tes secara obyektif bukan pada arti proyektifnya. Dari
hasil perhitungan obyektif dapat diinterpretasikan 4 hal :
1.
Faktor kecepatan
(speed factor)
2.
Faktor
ketelitian (accuracy factor)
3.
Faktor keajegan
(rithme factor)
4.
Faktor ketahanan
(ausdeur factor)
Menurut Guilford (1959), penjumlahan item yang berupa angka satuan ini,
bila ditinjau dari fungsi mental, tergolong convergent
thingking. Namun jika dilihat dari isi itemnya tergolong numerical facility, yakni kecakapan menggunakan
angka dengan cepat dan teliti. Menurut Freenab (1962), hasil tes ini sangat
dipengaruhi oleh faktor sensory
perception dan motor response. Menurut
Thrustone (dalam Anastasi, 1968), item-item dalam tes Kraepelin mengandung
salah satu kemampuan mental primer yaitu faktor number, di mana di dalamnya tercakup kemampuan menghitung simple artihmetic secara tepat dan
teliti.
F. Administrasi
Pelaksanaan Tes Kraepelin
Dalam pelaksanaan tes Kraepelin, terdapat beberapa kelengkapan yang
diperlukan antara lain sebagai berikut.
1.
Lembar soal tes
Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 jalur angka, namun yang biasanya dikerjakan
40 jalur angka.
2.
Stopwatch
3.
Pensil (disarankan
ada cadangan)
4.
Meja yang cukup
luas supaya testee dimungkinkan membuka lebar-lebar lipatan soal tes Kraepelin
dan kursi.
5.
Papan tulis dan
kapur tulis atau flipchart untuk
menjelaskan cara pengerjaan tes.
Adapun prosedur pelaksaan tes Kraepelin terdiri dari beberapa langkah
sederhana, antara lain sebagai berikut.
1.
Membagikan
lembar soal kepada testee
2.
Testee diminta
mengisi identitas pribadi secara lengkap pada tempatnya di halaman depan dan
tidak diperkenankan membuka lembaran tes sebelum diperintahkan.
3.
Pada saat testee
mengisi identitas, diperkenankan mengutip contoh soal tes Kraepelin di papan
tulis sebagai gambaran dalam pengerjaan.
4.
Intruksi. Dalam
tes ini akan tertera kolom-kolom dari angka-angka pada soal. Tugas testee
adalah :
a)
Menjumlahkan
tiap-tiap dengan satu angka di atasnya dan penjumlahan dimuali dari bawah ke
atas.
b)
Dari hasil
penjumlahan, testee hanya menuliskan angka satuannya saja. Misalnya penjumlahan
5 dan 9 adalah 14, maka yang ditulis cukup angka 4-nya saja. Angka satuan
ditulis di sebalah kanan, tepat di antara kedua angka yang dijumlahkan.
c)
Bila testee
membuat kesalahan dalam menjumlahkan atau menulis, misalnya seharusnya 9
kemudian ditulis 6, maka testee tidak perlu menghapus angka yang salah itu.
Testee hanya perlu mencoret angka yang salah dan menulis angka yang benar
disampingnya.
d)
Setiap beberapa
saat akan terdengar bunyi ketukan yang berarti waktu penghitungan dan penulisan
di kolom pertama dihentikan kemudian dilanjutkan ke kolom sebelahnya. Penulisan
kolom yang lain dilakukan pula dari bawah ke atas.
e)
Dalam
pengerjaannya, sangat diperlukan teknik pekerjaan secepat dan seteliti mungkin.
G. Skoring dan
Analisis Tes Kraepelin
Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan proses skoring tes Kraepelin
yakni :
a)
Memeriksa seluruh hasil
penjumlahan yang telah dikerjakan testee, caranya hitung jumlah yang benar dari
penjumlahan se tiap dua angka yang berurutan pada setiap lajur, tuliskan
jumlahnya di bagian bawah tiap lajur. Memberikan tanda pada setiap hasil
penjumlahan yang salah, kemudian hitung jumlah kesalahannya. Memberikan tanda
pada setiap deret yang terlampaui, kemudian dijumlahkan untuk mengetahui berapa
banyak testee melompati deret angka yang sebenarnya harus dihitung.
b)
Menuliskan jumlah
kesalahan yang telah dibuat testee dan menulis jumlah lompatan yang dibuat
testee.
c)
Menjumlahkan jumlah
kesalahan dan jumlah lompatan. Kemu dian hasilnya dikonsultasikan dengan norma
sehingga diperoleh skor ketelitian kerja (tianker).
d)
Mencari skor kecepatan
kerja (panker) dengan cara mencari rerata atau mean dari distribusi skor yang
diperoleh testee pada ke 45 lajur (versi
UI)
atau ke 50 lajur (versi UGM). Rumus untuk kecepatan
kerja ialah :
Mean = Σ fy/45 atau 50
e)
Mencari skor keajegan
kerja (janker) bisa dilakukan dengan cara : a) berdasar range yaitu dengan
mengetahui jarak atau se lisih antara penjumlahan yang tertinggi dengan hasil
penjum lahan yang terendah Yt – Yr, b). Berdasarkan average
deviation, keajegan kerja dapat dicari setelah kita membuat table
distribusi frekuensi dan telah menghitung reratanya. Setelah itu skor keajegan
kerja dapat dicari dengan rumus Av.
Dev. = Σ fd/N, di mana d = deviasi nilai dari
mean dalam harga mutlak.
f)
Mencari skor ketahanan
kerja (hanker) dapat digunakan rumus persamaan linier.
y = a + bx
a = y – bx
b = N. Σ xy – (Σ x) (Σ y) : N. Σx2 – (Σx)2
Dari rumus
tersebut lalu dicari selisih antara y 45 atau 50 – y 0 yang merupakan nilai
ketahanan kerja. Apabila selisih itu bertanda negatif (-) berarti ketahanan
kerja menurun, tetapi apabila selisih ini bilangan yang bertanda (+) berarti
ketahanan kerjanya meningkat.
g)
Konsultasikan pada
norma menurut kategorinya.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam scoring atau memberi skor pada pengerjaan tes Kraepelin.
1.
Menyambung/membuat
garis dari puncak-puncak tertinggi sehingga membentuk grafik.
2.
Garis timbang :
Puncak
tertinggi + puncak terendah : 2
3.
Kecepatan siswa
mengerjakan lajur tiap menit :
2
× (jumlah angka di atas garis timbang – di bawah garis timbang) : 40
4.
Ketelitian :
Jumlah
kesalahan 15 lajur (5 lajur bagian depan, 5 lajur bagian tengah, dan 5 lajur
bagian akhir)
Selain skoring, terdapat beberapa analisis yang perlu dipertimbangkan
dari segi analisis aspek-aspek yang berpengaruh pada tes Kraepelin, antara lain
sebagai berikut.
1. Aspek
kecepatan (Panker)
a.
Cara menskor adalah menjumlahkan
deret-deret yang telah dikerjakan oleh testee (dari deret ke 1-50) lalu di bagi
sehingga ditemukan rata-ratanya.
Rumus yang
digunakan adalah : M =
M = Rata-rata
N = Jumlah
deret, ∑x
= Jumlah kerja jawaban
b. Cara
menganalisa adalah skor transfer ke PP (persentil Point)
2. Aspek ketelitian kerja (Tinker)
a. Cara
menskor adalah menjumlahkan kesalahan menghitung dan loncatan.
b. Cara
menganalisa adalah skor ditransfer ke PP (Persentil Poin)
3. Aspek
keajegan / kestabilan kerja (Janker)
a. Cara
menskor adalah deret yang tertinggi yand dikerjakan dikurangi deret terendah
yang di kerjakan.
Rumusnya adalah
: X = Dt – Dr
b. Cara
menganalisa adalah skor transfer ke PP (Persentil Poin)
4. Aspek
ketahanan kerja (Hanker)
a. Cara
menskor adalah membuat titik setiap pekerjan yang diselesaikan kemudian digaris
penghubung antara titikderet 1-50 sehingga terbentuk grafik.
b.
Cara analisa dengan melihat bentuk grafik
Namun, dalam kegiatan scoring, lama tidaknya penghitungan skor dapat dipercepat dengan software yang dibuat khusus untuk
tahapan skoring. Software tersebut berfungsi melakukan proses skoring dengan
cepat dan otomatis dengan menghasilkan data analisis berupa grafik. Ada
beberapa langkah di bawah ini yang perlu dilakukan dalam penggunaan software otomatis penghitung skor tes
Kraepelin.
1.
Menginputkan jawaban testee ke dalam software koreksi Krapelin.
2.
Untuk selanjutnya hasil akan keluar secara otomatis dengan
hanya mengklik satu tombol yang bernama “Tekan untuk menampilkan hasil
analisis”.
3. Hasil skoring Tes Kraepelin akan muncul
secara otomatis beserta grafiknya.
H. Skor dan
Persentil Poin (PP)
Menurut Firdausia (2013), berikut adalah angka pengklasifikasian skor
dan Persentil Poin (PP) dari hasil tes Kraepelin.
a)
Ketelitian Kerja
∑ Salah
|
PERSENTIL POIN
|
KLASIFIKASI
|
0
|
99
|
Tinggi
|
1-2
|
95
|
Tinggi
|
3-5
|
90
|
Tinggi
|
6-11
|
75
|
Sedang
|
12-22
|
50
|
Sedang
|
23-30
|
25
|
Rendah
|
31
|
10
|
Rendah
|
b)
Kestabilan
Skor
|
PERSENTIL POIN
|
KLASIFIKASI
|
4
|
99
|
Tinggi
|
5-6
|
95
|
Tinggi
|
7-8
|
90
|
Tinggi
|
9-10
|
75
|
Sedang
|
11-12
|
50
|
Sedang
|
13-14
|
25
|
Rendah
|
15
|
10
|
Rendah
|
c)
Kecepatan
Skor
|
PERSENTIL POIN
|
KLASIFIKASI
|
8
|
10
|
Rendah
|
9-10
|
25
|
Rendah
|
11-12
|
50
|
Sedang
|
13-14
|
75
|
Sedang
|
15
|
90
|
Tinggi
|
16
|
95
|
Tinggi
|
17
|
99
|
Tinggi
|
I. Interpretasi
Tes Kraepelin
Interpretasi hasil dapat mencangkup :
1.
Kecepatan, bisa
mengindikasikan tempo kerja
2.
Ketelitian, bisa
mengindikasikan konsentrasi kerja
3.
Keajekan/keajegan,
bisa mengindikasikan stabilitas emosi
4.
Ketahanan, bisa
mengindikasikan daya tahan terhadap situasi menekan
Individu dikatakan memiliki performance kerja yang
baik jika dalam rentang waktu yang lama, dalam situasi menekan (stressful) mampu menampilan unjuk kerja
yang ce[at, teliti, dan stabil. Berikut ini beberapa intepretasi yang dapat
digambarkan bila dikaitkan dengan arah pekerjaan.
1.
Kecepatan bisa mengindikasikan
tempo kerja.
Seberapa
aktif testee melakukan kegiatan apakah lambat, sedang atau
keras. Dalam melakukan kegiatan ini harus penuh pertimbangan,
hati-hati, teliti dan akurat, serius,
tenang, stabil namun sensitif, ramah, perhatian pada perasaan dan kebutuhan orang lain, setia, kooperatif, serta pendengar yang baik. Sangat baik dalam keadaan yang membutuhkan common
sense, tindakan cepat dan ketrampilan praktis. Gesit,
kreatif, inovatif, cerdik, logis, baik dalam banyak hal, punya kemampuan mengorganisasi, detail, teliti,
sangat bertanggung jawab dan bisa diandalkan.
Contoh Profesi : Architect,
Interior Designer, Perawat, Administratif, Designer, Child Care, Konselor, Back
Office Manager, Penjaga Toko/ Perpustakaan, Dunia Perhotelan.
2.
Ketelitian bisa mengindikasikan
konsentrasi kerja.
Seberapa
besar kita bisa fokus terhadap pekerjaan yang sedang
dihadapi. Tenang, hati-hati, penuh pertimbangan, logis, rasional, kritis, obyektif, mampu
mengesampingkan perasaan.. Mampu menganalisa, mengorganisir, dan mendelegasikan.
Contoh Profesi : Bidang Manajemen, Intelijen, Hakim, Pengacara,
Dokter, Akuntan (Staf Keuangan), Programmer atau yang berhubungan dengan IT,
System Analys/Analyst, Teknisi, Insinyur, Mekanik.
3.
Kestabilan/ Keajegan, bisa
mengindikasikan kestabilan atau kemampuan mengolah emosi pada saat
bekerja.
Kemampuan
mempertahankan emosi dan tidak mudah terpengaruh oleh hal disekitar yang
mengganggu. Mampu
menghadapi perubahan mendadak dengan cepat dan tenang, percaya
diri, tegas serta mampu menghadapi perbedaan maupun
kritik.
Contoh Profesi : Polisi, Ahli Forensik, Programmer, Ahli
Komputer, System Analyst, Teknisi, Insinyur, Mekanik, Pilot, Atlit,
Entrepreneur.
4.
Ketahanan bisa mengindikasikan
daya tahan terhadap situasi keadaan menekan.
Ketahanan
menggambarkan seseorang dapat diandalkan dan bertanggung jawab, memegang aturan, standar dan prosedur dengan teguh. Contoh Profesi: Polisi,
Intelijen, Hakim, Pengacara, Pemimpin Militer, Atlit
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. Tes
Kraepelin. Terdapat dalam http://www.masbow.com/2009/07/tes-kraepelin.html. Diakses pada 2 April 2014
Behi,
Zaenul. 2013. Laporan Hasil Tes Kraepelin.
Terdapat dalam http://zaenulbehi.blogspot.com/2013/05/laporan-hasil-tes-kraeplin_6.html.
Diakses pada 2 April 2014
Firdausa,
Firna. 2013. Tes Kraepelin. Terdapat
dalam http://firnafirdausia.blogspot.com/2013/04/tes-kraeplin.html. Diakses
pada 2 April 2014
Lukman. 2014. Psikotes Kraepelin.
Terdapat dalam http://psikoteskraepelin.blogspot.com/2013/12/psikoteskraepelin.html. Diakses pada 2 April 2014
Muzani, Zaldi. 2014. Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://zaldi-tes-Kraepelin-woyoooo.blogspot.com/. Diakses pada 2 April 2014
Saryono, Hari. 2013. Latihan Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://harisaryono.com/tag/test-kraepelin/. Diakses pada 2 April 2014
Usber. 2011. Tes Kraepelin. Terdapat dalam http://usberstop.wordpress.com/2011/03/30/tes-kraepelin/.
Diakses pada 2 April 2014
Malam mba lucy, saya mau tanya apakah mba lucy punya master aplikasi untuk scoring tes kreaplin ini?
BalasHapusfilosofinya dalam juga mbak
BalasHapusHai mba lucy,bisa sharing tentang membaca grafik dari tes kraeplin ini?
BalasHapusHi mba lucy, tolong jawwab dong
BalasHapusHi Mbk Lucy, I Love you
BalasHapusTambahin kelebihan dan kekurangannya
BalasHapusSalah satu tes yang membuat banyak peserta tes gagal adalah pada saat psikotes kraepelin/pauli,
BalasHapussoal psikotes ini menjadi salah satu momok yang paling menakutkan bagi sebagian peserta yang belum tahu trik dan tipsnya.
Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebihan, sebab saya sudah membahasnya pada sebuah artikel mengenai tes ini.
Mau tahu bagaimana cara mengerjakan tes koran pauli atau kraepelin ini?, temukan jawabannya pada link berikut.
Halo kak apa kakak punya e-book mengenai tes kraepelin?
BalasHapus